Jumat, 18 Januari 2013

Melihat Ulang 09: Habibie & Ainun (2012)

   B.J. Habibie yang biasa dipanggil Rudy oleh keluarga dan teman-temannya satu SMA dengan Ainun, pasangan dan belahan hidupnya kelak. Mereka berdua merupakan murid yang tergolong pintar di sekolahnya. Rudy remaja dulu tidaklah suka dengan Ainun. Bahkan dia sempat mengejeknya dengan memberikan Ainun julukan "gula jawa" karena kulit hitamnya.
   Waktupun berlalu. Kini Rudy menuntut ilmu di salah satu universitas yang ada di Jerman. Sangat fokus dengan pelajarannya di sana, Rudy suka mengabaikan kesehatan tubuhnya hingga suatu saat dia terserang penyakit tuberkulosis. Rudy yang merasa sangat sakit waktu itu akhirnya membuat janji untuk membangun Indonesia menjadi negara yang maju kelak ketika dia sembuh nanti.
    Waktu mempertemukan Rudy kembali dengan Ainun ketika Rudy sedang berada di Bandung. Ainun yang sedang menjahit kala itu di rumahnya, membuat Rudy terpana dengan rupanya yang sekarang. Ainun yang sekarang bukan lagi "gula jawa" yang dulu disebut Rudy. Ainun yang sekarang adalah wanita cantik yang lebih pantas disebut "gula pasir".
   Rudypun tak ragu lagi untuk dekat dan memadu kasih dengan Ainun. Ainunpun memang jatuh cinta juga dengan Rudy. Rudy yang kala itu sedang menumpang becak bersama Ainun 'melamar'-nya untuk menjadi istri dan membangun sendiri keluarga. Maka setelah Ainun mengiyakan lamaran tersebut, dimulailah kisah cinta yang panjang pria yang pernah menjadi orang nomor satu di Indonesia ini dengan wanita yang juga nomor satu untuknya. Sampai akhirnya maut benar-benar memisahkan mereka.
   Habibie & Ainun yang merupakan film adaptasi yang berjudul sama, yang memang ditulis oleh bapak B.J. Habibie sendiri. Film ini tidak hanya menyajikan sebuah kisah cinta, namun juga sejarah dan perjalanan hidup seorang Habibie. Dalam menjalani hidupnya, Habibie selalu didukung oleh sang istri tercinta, ibu Ainun. Sebaliknya Habibie juga mendukung ibu Ainun dengan penuh cinta.
   Menurut gw film ini komplit. Dari film ini kita ga cuma menikmati kisah cinta yang romantis antara dua tokoh penting Indonesia, tapi sejarah dari presiden Indonesia yang ke-3. Bagaimana dia berusaha keras belajar di Jerman, membuktikkan kepada orang-orang Jerman bahwa orang Asia, khususnya Indonesia bisa juga berprestasi dan diakui dunia. Lalu ditunjukkan karakter Habibie yang jujur, idealis, dan rendah hati dalam masalah asmara serta kehidupan di pemerintahan ketika dia menjadi menteri.
   Reza Rahadian yang berperan sebagai Habibie menunjukkan kualitas akting yang memukau. Sebenarnya kualitas akting Bunga Citra Lestari (BCL) sebagai Ainun juga tidak kalah baik, namun Reza Rahadian benar-benar seperti menjadi Habibie yang asli. Tapi chemistry Reza dengan BCL merupakan salah satu kunci dari film ini.
   Walaupun banyak sisi yang bisa dipuji dari film ini, tapi tetap ada kekurangan-kekurangan kecil tapi tetep menganggu. Selain pemunculan produk sponsor yang terlalu dipaksakkan, ada juga teknologi yang seharusnya tidak ada pada setting waktu di film. Contohnya, pada beberapa scenes terdapat keterangan tempat dan waktu. Lalu yang jadi masalah adalah ketika keterangan di suatu scene menunjukkan waktu antara tahun 1999-2000 (awal Era Reformasi), mobil Pak Habibie melewati gerbang tol yang sudah ada teknologi E-Toll. Akibatnya, setting waktunya jadi bias. Masa senja Habibie dan Ainun juga kurang terlihat dari make-up kedua tokoh yang masih terlihat 'muda'. Namun hal ini bisa gw maklumin karena memang susah membuat Reza dan BCL yang masih muda terlihat menjadi Habibie dan Ainun tua.
   Terlepas dari kekurangan-kekurangan kecil tersebut, Habibie & Ainun tetap patut disimak karena kualitasnya dan mengajarkan sejarah Indonesia (khususnya mantan Presiden Habibie), rasa nasionalisme, dan kasih sayang. Sayang sekali kalau lo sampai kelewatan film ini.

My Rating: 7.5/10

Rabu, 09 Januari 2013

Melihat Ulang 08: Prince of Persia: The Sands of Time (2010)

    Prince of Persia: The Sands of Time mengisahkan tentang seorang pangeran dari kerajaan Persia yang bernama Dastan. Dastan merupakan anak angkat dari Raja Persia yang sebelumnya sudah mempunyai dua putra yang bernama Tus dan Garsiv. Pada suatu ketika Dastan, Tus, Garsiv, dan paman mereka Nizam menyerang Kota Suci Alamut.
    Dengan kecerdikkan Dastan dan timnya, mereka berhasil menerobos dan mendesak tentara dari Kota Alamut. Di saat Dastan mengalahkan salah satu tentara tersebut, dia menemukan sebuah belati dengan permata di gagangnya. Dastan lalu mengambil belati tersebut.
    Akhirnya mereka bertemu dan dengan Putri Alamut yang bernama Tamina. Kagum dengan kecantikkannya, Tus mengajak Tamina ke kerajaan Persia untuk dinikahi. Hal ini dilakukan demi menarik kembali kesetiaan para penduduk Kota Alamut yang dicurigai melakukan pengkhianatan terhadap kerajaan Persia terkait dengan senjata tersebut.
    Kepulangan Dastan dan yang lainnya ke Persia disambut meriah, khususnya Dastan yang beraksi sangat heroik. Setelah itu, Dastan memberikan sebuah hadiah berupa jubah kepada ayahnya. Ketika memakai jubah tersebut, sang raja keracunan. Dastan sangat terkejut, namun seluruh tentara dan saudara-saudaranya menduga Dastan sengaja meracuni jubah tersebut agar raja mati. Tidak tahu apa yang harus diperbuat, Dastan kabur bersama dengan Tamina.
   Setelah cukup jauh kabur, Dastan heran kenapa dia harus kabur bersama dengan Tamina. Akhirnya, Tamina mengungkapkan bahwa belati yang ditemukan dan disimpan Dastan adalah belati yang memiliki kemampuan mistis, yaitu kemampuan untuk mengulang dan mengubah masa lalu. Jika belati ini jatuh ke tangan orang yang salah dan disalahgunakan, maka akan terjadi malapetaka.
    Menyadari seseorang dari dalam kerajaan Persia-lah yang ada dibalik semua ini, Dastan dan Tamina berniat membuktikkan kepada kerajaan Persia bahwa dia tidak bersalah dan mengembalikkan belati ini kembali ke tempat seharusnya berada.
    Prince of Persia: The Sands of Time merupakan film adaptasi sebuah game yang berjudul sama. Sudah banyak game yang diadaptasi menjadi film seperti Lara Croft, Resident Evil, Mortal Kombat, Hitman, dan Street Fighter. Namun, sepertinya film adaptasi game tersebut hampir semuanya belum mendapat respon positif dari para penonton. Prince of Persia: The Sands of Time mengemban beban yang cukup berat untuk mengangkat pamor film adaptasi game, apalagi dengan budget-nya yang besar (sekitar 150-200 juta dollar).
    Menurut gw pribadi, film ini cukup menghibur. Menonton film ini dengan Dastan sebagai tokoh utama yang bertualang di dataran Persia seperti menonton Jackie Chan versi Timur Tengah. Dastan yang cerdik dan gesit menampilkan aksi stunt yang cukup membuat gw kagum, walaupun Jake Gyllenhaal tidak memerankan semua aksi stunt tersebut seperti yang dilakukan Jackie Chan di semua filmnya. Gw sendiri sangat suka scene awal di mana Dastan dan pasukannya menerobos kota Alamut dengan cerdik.
    Gw menemukan kemiripan antara film ini dengan film Lord of The Rings dan Sherlock Holmes-nya Robert  Downey Jr. Walaupun LOTR jauh lebih epik dari film ini, seenggaknya dengan setting kerajaan dan perebutan suatu benda mistis bisa dihubungkan antara keduanya. Sedangkan kemiripannya dengan Sherlock Holmes adalah adegan di mana tokoh utama yang "memprediksi" suatu kejadian, walaupun dalam kasus Prince of Persia tidak bisa dibilang sepenuhnya prediksi.
    Walaupun film ini bisa menghibur gw, tetap ada kekurangannya menurut gw. Kekurangannya adalah beberapa adegan yang menurut gw konyol. Seperti adegan di mana Garsiv dipanah sehingga jatuh dan tampak sudah mati, tetapi malah bisa bangkit lagi melakukan satu kali serangan dan kemudian mati.
    Bagi yang selama ini kecewa dengan film-film adapatsi games, gw rasa dengan menonton film ini rasa kecewa tersebut bisa terobati sedikit terlepas dengan kekurangan yang gw sebutin tadi.

My Rating: 6.5/10

Sabtu, 05 Januari 2013

Melihat Ulang 07: Predators (2010)

    Predators mengisahkan tentang seorang tentara bayaran yang terbangun dan menemukan dirinya terjun dari langit. Menggunakan parasut yang ada, dia mendarat di sebuah hutan yang asing. Namun, bukan hanya dia ternyata yang mengalami kejadian yang sama dengannya dan mendarat di hutan.
   Ada seorang pengedar narkoba, seorang wanita yang merupakan sniper, tentara dari Russia, seorang Yakuza, seorang buronan yang paling dicari FBI, pejuang revolusioner dari Sierra Leone, dan dokter. Semua mempunyai latar belakang yang sama, kecuali si dokter. Mereka semua bekerja sama untuk dapat keluar dari hutan tersebut.
   Setelah mereka bisa keluar dari hutan itu, mereka menemukan fakta bahwa mereka tidak sedang berada di bumi. Mereka berada di planet asing. Mereka kemudian berjelajah dan mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi. Kemudian mereka bertemu dan diserang oleh sekumpulan makhluk aneh yang buas dan menyeramakan.
   Lalu mereka sadar bahwa mereka adalah orang-orang yang 'terpilih'. Mereka sedang diburu oleh 'predator' yang lebih besar, kuat, dan berteknologi tinggi. Maka mereka mencoba bertahan hidup dan mencari cara untuk dapat keluar dari planet ini.
   Predators merupakan seri ke-5 dari franchise Predator. Walaupun begitu, film ini bukan merupakan sekuel dari film-film yang sudah ada sebelumnya. Film ini mungkin merupakan sebuah film remake (atau mungkin prekuel?). Gw sendiri baru nonton seri Predator di film ini.
   Mungkin konsep film ini lumayan bagus, di mana mereka 'terpilih' karena mereka merupakan 'predator' yang ada di bumi. Jadi, arti dari Predators di film ini ada dua. Yang pertama buat nyimbloin makhluk asing yang ada di planet tersebut, dan yang kedua buat para manusianya sendiri.
   Tapi gw rasa ada beberapa plot holes di film ini. Diantaranya, gimana proses Predators ini mengirim para manusia ke planet mereka sendiri kurang dijelasin. Kenapa mereka bisa terjun dari langit dan disediain parasut. Darimana parasut itu bisa muncul? Lalu persatuan diantara mereka kuat dengan sendirinya tanpa ada penyebab. Beberapa diantara mereka rela mati agar yang lain bisa selamat. Kalau mereka memang dianggap 'predator', kenapa rela mengorbakan nyawanya? Plot holes yang ada di film ini mungkin sengaja dibuat supaya nanti bisa dibikin film lanjutannya.
   Terus karakter yang diperanin Laurence Fishburne yang mereka temui di tengah-tengah film kurang kuat. Seperti nyia-nyiain aktor sekelas Fishburne. Tokoh yang diperanin oleh Adrien Brody (si tentara bayaran) juga bisa dibilang 'labil'. Awalnya dia ingin berjuang sendiri, namun di lain kesempatan butuh pertolongan yang lain. Tapi di beberapa scene selanjutnya dia tidak memikirkan yang lain lagi.
   Gw kurang suka dengan alur ceritanya yang terlalu cepet menurut gw. Tapi gw cukup suka dengan tampilan Predators yang ada, gw pikir cukup keren. Film ini jelas bukan film science fiction favorit gw, tapi gw rekomendasiin buat kalian yang emang ngefans dengan seri film Alien ataupun Predator.

My Rating: 5.5/10

Rabu, 02 Januari 2013

Melihat Ulang 06: My Neighbor Totoro (1988)

   My Neighbor Totoro menceritakan tentang sebuah keluarga yang baru pindah ke desa yang bernama Matsugo. Keluarga ini bernama Kusakabe. Bapak Kusakabe mempunyai dua orang anak perempuan yang bernama Satsuki dan Mei, yang merupakan adik dari Satsuki. Kepindahan mereka ini dikarenakan ingin dekat dengan rumah sakit di mana Ibu dari Satsuki dan Mei dirawat.
   Di desa Matsugo, mereka menempati sebuah rumah yang sudah sangat tua. Seorang anak laki-laki dari tetangga baru mereka, Kanta, mengatakan kepada Satsuki bahwa rumah yang mereka tempati sekarang itu berhantu. Hal ini membuat Satsuki sebal.
    Pada suatu hari, di saat Ayah mereka sibuk bekerja dan Satsuki sedang pergi sekolah, Mei menemukan sebuah makhluk putih kecil yang mirip dengan berang-berang/kelinci. Mei mengejar makhluk ini hingga dia masuk ke sebuah lubang yang terletak di bawah pohon besar. Masuk ke dalam lubang, Mei menemukan sebuah versi besar dari makhluk tersebut yang bernama Totoro. 
   Totoro menjadi teman dan "tetangga" yang baik dan penuh kejutan bagi Mei dan juga Satsuki. Maka dimulailah pertemanan mereka yang hanya bisa terjadi dengan sebuah hati yang polos dan baik.
   Film Animasi Jepang ini aslinya berjudul Tonari no Totoro. Film animasi ini merupakan film animasi produksi Studio Ghibli yang namanya sudah terkenal di Jepang, bahkan beberapa animator di Amerika sendiri mengakui kualitas film yang dihasilkan studio ini. Seperti John Lasseter, orang dibalik kesuksesan trilogi Toy Story.
   Dengan tema persahabatan dan kekeluargaan, My Neighbor Totoro menyajikan cerita yang sederhana tapi menyentuh. Animasi yang masih sederhana (karena rilisnya di akhir dekade '80-an), ga seperti zaman sekarang, ga mengurangi kualitas yang mumpuni dalam film ini.
   Film ini menyajikan kasih sayang yang hangat antara teman dan keluarga. Hal ini dibuktikan dalam salah satu scene di mana Mei memetik sebuah jagung, dan hanya akan memberikan jagung tersebut kepada Ibunya. Keakraban antara Mei dan Satsuki juga menjadi kekuatan dari film animasi ini.
   Gw sebenernya masih awam dengan film-film animasi rilisan Studio Ghibli, gw baru nonton dua film produksi studio ini, Spirited Away dan film ini. Tapi gw suka dengan My Neighbor Totoro ini. Film animasi yang bagus ga berarti harus menyajikan teknologi yang canggih aja, tapi cerita dan pesan yang disampaikan juga penting untuk nyiptain sebuah film animasi yang berkualitas.

My Rating: 7.5/10